Si "Ekor Panjang"

| 3 Comments | No TrackBacks

Mengikuti acara para senior menjamu tamu dari JPCERT/CC hari Senin lalu, sore hari di belakang pemandangan malam dari The Valley, daerah Dago Atas Bandung, saya mengikuti paparan Budi Rahardjo tentang konsep baru dalam berbisnis yang dikenal dengan istilah Long Tail. Dugaan saya: sudah banyak di antara Anda yang membaca konsep ini baik dari buku atau situs Web longtail.com — Chris Anderson si penulis buku sudah membaca edisi terjemahan dalam Bahasa Indonesia.


Gambar disalin dari Wikipedia, entri Long Tail.

Saya bukan pelaku bisnis secara total dan lebih banyak berjalan sebagai anggota tim pendukung. Kendati demikian, gagasan Si Ekor Panjang (apa terjemahan istilah ini di buku edisi Bahasa Indonesia?) termasuk yang saya anggap impresif dalam kaitan usaha rintisan dan kapasitas teknologi yang kita hadapi saat ini. Alih-alih berkutat dengan partai besar sebuah produk, konsep Ekor Panjang ini mengumpulkan “remah-remah”, menyajikannya untuk ratusan konsumen yang beragam, dan menjadikan kebanyakan dari kita (the rest of us) tetap bermakna.

Di situs Ekor Panjang dipaparkan diskusi dan umpan balik dalam bentuk blog dan banyak sekali model-model usaha yang sangat mungkin dijalankan oleh badan usaha rintisan. Gagasan utama Ekor Panjang adalah menjalankan sektor usaha pada “sisi landai” grafik yang dipenuhi oleh produk-produk bertiras terbatas. Jumlah produsen di bagian tersebut banyak dan dengan omset pembelian yang kecil per produk pun, kumulatifnya tetap prospektif.

Pak Budi menggunakan industri musik sebagai ilustrasi: para penyanyi atau band besar bermain di sisi kiri grafik, masing-masing menghasilkan jumlah penjualan besar. Namun kita tahu, ruang di sisi tersebut sangat sempit dan kompetisi demikian ketat — cukup sulit untuk pendatang baru mencuat di sana. Demikian pula, tidak semua penyanyi dapat meluncurkan produk mereka di daerah tersebut, antara lain terganjal aturan main dari produser.

Di sisi kanan yang landai itulah para pendatang baru, dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka, memasuki pasar dan walaupun omset per unit tidak setinggi di sisi kiri grafik, bagian landai tersebut tidak pernah mencapai nol. Atau “tidak ada matinya”. Dengan kemampuan yang dibawa teknologi sekarang, bagian landai-tak-habis ini dapat digarap mengikuti model bisnis yang kemungkinan besar baru atau berbeda dengan sebelumnya.

Jika kita baca tulisan-tulisan di blog Ekor Panjang, boleh dikata perubahan yang dibawa TI dengan segala aspeknya menjadi sesuatu yang penting dan mengarahkan model bisnis ini. Selain lebih murah ongkos untuk mengawalinya, saya amati banyak kiat cerdik dalam bersiasat di luar gelanggang utama kompetisi. Saling mendukung dengan kecenderungan Samudera Biru yang juga populer sekarang.

Terima kasih atas “presentasi” sembari makan malam, Pak Budi!
Saya akan masukkan sindikasi situs Web Ekor Panjang ke dalam Google Reader.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/525

3 Comments

Atau dalam bahasa Godin: small is the new big.

Itu buku bagus pendamping Long Tail.

Bagaimana kalau “Ekor Panjang”nya terus2an diakuisisi oleh si “Ekor Pendek”? Di sisi lain, spt-nya, sektor UKM (“Ekor Panjang”) yg mrpkn sektor riil, marus harus “berdarah-darah” diinjak permainan pasar uang & pasar modal. Kontribusinya tetap kecil dlm distribusi kekayaan.

Gak nyambung yaks… CMIIW.

Membaca kejujuran dan kerendahhatian Clay Shirky dalam halaman Diskusi The Long Tail di Wikipedia (“For my part …”), sepertinya istilah Si Ekor Panjang harus digunakan secara konsisten sebagai terjemahan The Long Tail.

Salam. :-)

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on February 28, 2007 12:34 PM.

Ongkos Pemakaian Telkom Speedy was the previous entry in this blog.

Wiki "Weling" Sekarang Menggunakan python.or.id is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261