Jika hendak dibuat judul yang lebih panjang dan meriah, inilah perhelatan Bandung Ubuntu Feisty Fawn Release Fiesta. Alasan saya: terbukti GNU/Linux dapat merangkul banyak kalangan untuk berkumpul — gamblang terlihat kemarin.
Saya datang di lokasi, Common Room, sebuah ruang pertemuan di sebelah Tobucil (dugaan saya, ini singkatan ala Bandung untuk “Toko Buku Kecil”), di Jalan Kyai Gede Utama 8, pada pukul 10.00, dan disambut tim Indocisc yang sudah di sana usai futsal. Panitia, Andi Sugandi — yang ternyata sempat saya temui pada saat diskusi blog di Rumah Internet — dan Diki Andeas, sudah sibuk dengan persiapan perhelatan. Karena sebagian besar teman-teman di Kelompok Linux Bandung (KLuB) adalah anggota baru dan saya pertama kali datang di acara mereka, baru kedua “pengurus” itulah yang saya kenali.
Acara dimulai dengan pembukaan di halaman. Perwakilan Common Room, Gustaf H Iskandar, menjelaskan komitmen Common Room terhadap perkembangan perangkat lunak bebas, terutama jika saya lihat dari kesediaan mereka menyediakan ruang pertemuan. Andi sudah mengemukakan hal ini pada tulisannya 6 Desember lalu, KluB, Common Room, and Its Collaboration. Sepengetahuan saya, Common Room juga beberapa kali dipakai oleh komunitas Blogfam untuk acara lapangan.
Budi Rahadjo didaulat pertama kali berorasi tentang Linux. Setelah pengakuannya bahwa dia sudah kembali lagi mengotak-atik Linux setelah beberapa tahun menggunakan Mac dan sistem operasinya, dilontarkan sejumlah pertanyaan perihal sistem operasi dan lingkungan pengembangan kepada peserta. Saya lihat dari luar (karena di dalam sudah sesak dengan hadirin) respon dari pengunjung masih “sungkan”, padahal Pak Budi dikenal sebagai pembawa materi teknis yang lincah dan “penuh strategi” dalam menghadapi pertanyaan hingga komplain.
Pembawa materi berikutnya1 menjelaskan perihal Ubuntu lengkap dengan tangkapan layar Feisty yang baru dirilis tanggal 19 bulan ini. Termasuk demo layar kerja yang sudah diakselerasi dengan Beryl. Dengan model tiga dimensi, layar kerja bebas diputar ke sembarang arah. Fasilitas ini elok sebagai penggoda perhatian, namun tentu malah merepotkan — dan barangkali memusingkan — untuk dipakai kerja. Lebih rinci, saya lihat Beryl di atas Debian di laptop Andika Triwidada.
Begitulah: saat di dalam mereka berdiskusi tentang Ubuntu dan fitur baru yang disuguhkan, saya mengambil beberapa potret kegiatan di luar ruangan yang juga “seru”. Antara lain Andika yang menjadi nara sumber Debian dan Armein Z.R. Langi yang kebagian duduk di luar.
Sekitar hampir sejam kemudian datang tamu dari Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo). Salah seorang staf Depkominfo adalah Ferry Haris, penulis blog dan dosen muda di UI yang saya kenal pada acara blog tahun lalu. Tentu suasana menghangat karena saya dapat menyentil tugas dia di departemen tersebut dalam kaitan dengan sosialisasi perangkat lunak bebas sebagai seorang teman.
Kedua staf Kominfo membagikan cakram optik Ubuntu cuma-cuma kepada hadirin, sehingga “bebas dan gratis”. Ferry sempat bercerita tentang acara deklarasi pemakaian perangkat lunak bebas di lingkungan koperasi yang juga dilangsungkan di Bandung. Wah, hingga ada deklarasi segala.
Setelah rehat tengah hari, sebagian rombongan yang datang meninggalkan lokasi. Saya masih mengobrol dengan Andi perihal kemungkinan kegiatan untuk KLuB. Tidak berselang lama, datang teman diskusi panjang, Widianto Nugroho dan koleganya dari tim pengelola situs Web ITB, itb.ac.id. Sesuai sebutan Widianto tentang dirinya sebagai seniman, desainer, dan pemrogram, kami benar-benar mengobrol meloncat-loncat topik kapita selekta dari blog foto, media baru, perkembangan situs Web ITB, hingga materi “semi-filosofis” tentang Web 2.0. Saya bayangkan andaikata Boy Avianto hadir dengan kapasitas konsultan Web 2.0, akan lebih ramai dibanding jika dia ditanyai Meutia Hafidz dari Metro TV.
Pada sesi terakhir acara, saya sempat berbincang dengan teman-teman KLuB. Kendati mereka menggunakan Linux umumnya setelah masuk abad XXI, angkatan ini terlihat antusias melanjutkan Linux ke tangan berikutnya. Sesuai usulan Diki, saya lontarkan kabar dari pertemuan BHTV dan kemungkinan penyelenggaraan kegiatan secara bersama dengan tujuan memudahkan penyediaan fasilitas. Iqbal “Ikez” dari Bandung Blog Village juga ikut bergabung di acara penutup ini.
Pukul 15 lebih saya meninggalkan Common Room. Kendati saya cukup lama menggunakan Linux untuk keperluan sehari-hari, inilah pertama kali saya menghadiri pertemuan klub Linux.
Foto-foto di Flickr: tag “Bandung Feisty Release Party”.
1 Dari penjelasan yang lengkap dan resmi oleh tim Ubuntu-Id, Liputan Feisty Release Party Bandung saya baru tahu bahwa penyaji materi kedua adalah Andi Darmawan.
Koreksi sedikit mas, saya bukan pengurus KLuB ataupun Ubuntu-id, cuma provokator regional hehehe. Terimakasih untuk mas Amal, pak BR, pak Andika, pak Armien dan para sesepuh IT Bandung lainnya (ngga nyangka bakal kedatangan banyak “tamu” dan acaranya seramai kemarin). Semoga excitement Ubuntu ini bisa berguna untuk pemasyarakatan Linux/FOSS dan kesemarakan IT Bandung.
Pak Amal, terima kasih sudah mau datang ke acara Ubuntu Feisty Fawn Release Party dan juga untuk sharing-sharingnya mengenai BHTV.
Sukses terus Pak!
heuh mendadak, nda sempet dateng