Catatan dari "Bincang Speedy"

| 5 Comments | No TrackBacks

Setelah menikmati jamuan di Saung Angklung Udjo, Padasuka, Bandung, mengobrol dengan beberapa hadirin, dan pulang bersama perwakilan dua generasi klub Linux Bandung, Yulian F Hendriyana dan Andi Sugandi, saya mendulukan menulis tentang acara Bincang Speedy dalam bentuk blog foto di Flickr.

"Bincang Speedy" – First Evening Speedy Event in Bandung

Ringkasan bagian penting yang saya dengar di acara Bincang Speedy:

  1. PT Telkom akan terus meningkatkan kinerja Speedy sehingga benar-benar “speedy” dan bukan “sepeda.” Acara ini juga merupakan kegiatan pertama Telkom mendengar langsung pertanyaan dan umpan balik dari masyarakat.
  2. Penetrasi Speedy tahun ini sebesar 200.000 sambungan baru dan Jawa Barat kebagian jatah 78.000 unit.
  3. Komunitas pemakai sudah mulai diakomodasi antara lain lewat forum pemakai yang dipandu (atau menggunakan “merk”) Onno W. Purbo. Telkom juga sedang mempersiapkan repositori untuk salinan (mirror) GNU/Linux distribusi Ubuntu dan menyediakan fasilitas blog untuk pemakai Speedy.
  4. Kemungkinan penyediaan materi di atas infrastruktur yang disediakan Telkom, sehingga lebih mengakomodasi gagasan tentang materi lokal dan disediakan di dalam negeri sendiri. Perwakilan Telkom menyebut sampai ke arah IPTV.

Berikut komentar saya:

Pertama: Karena Speedy masih pada status “Balita”, mimpi apa saja boleh dan akan sangat bagus untuk menumbuhkan optimisme di masa mendatang, namun yang sangat perlu ditekankan menjadi misi saat ini adalah menyediakan infrastruktur berskala nasional dan andal. Saya sering membuat kiasan ketersediaan koneksi berpita lebar sekarang ini seperti halnya layanan air ledeng untuk publik. Setelah puluhan tahun perusahaan air ledeng kita menggunakan nama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), nyatanya hingga tingkat “air lancar” saja belum terealisasi.

Jadi daripada PT Telkom terburu-buru masuk ke kanal televisi lewat IP dan kemudian buang-buang ongkos koneksi untuk pengulangan kondisi pengelolaan pertelevisian kita yang belum kreatif juga, lebih baik dana penelitian dan pengembangan mereka diarahkan tetap lebih fokus pada infrastruktur, yaitu koneksi berpita lebar itu sendiri.

Craig W. Smith sempat berujar, dengan gaya sangat Amerika, Broadband is human rights. Infrastruktur di pinggiran kota Bandung belum semua siap dialiri koneksi berpita lebar, apalagi belasan kabupaten di Jawa Barat, atau lebih-lebih di negara kita yang sangat luas ini.

Saya pribadi lebih suka mendengar petugas Telkom mendapat julukan “tukang kawat” — seperti yang sempat dilontarkan oleh salah satu petinggi Telkom di Landmark Braga, Bandung, bulan Maret lalu — karena hal tersebut menunjukkan komitmen yang kuat pada infrastruktur. Menangani “pengguna kawat” se-Indonesia, “tidak akan ada matinya…”

Kedua: Komunitas pemakai layanan harus terus dirangkul. Bukti bahwa mereka akan menjadi media getok tular promosi sudah cukup banyak. Termasuk saya sendiri yang karena memilih Speedy untuk keperluan di rumah, seolah-olah menjadi “duta Speedy” di kantor. Padahal informasi yang saya berikan hanyalah spek teknis, ongkos, dan pengalaman sehari-hari, terkadang disertai catatan kecil bahwa saya memang kenal baik dengan “bos Speedy” setelah bertemu di acara blog. Betul, penafian (disclaimer) kecil-kecilan…

Sebagai ilustrasi, stasiun televisi Indosiar bisa mengajak sekitar empat ribuan komunitasnya bercengkerama di situs Web mereka, menyelenggarakan acara kumpul-kumpul hingga kegiatan sosial, lewat ikatan awal penggemar acara-acara Indosiar. Speedy akan dapat melakukan lebih dari itu, apalagi sekarang sudah dipawangi oleh Onno W. Purbo yang sudah masyhur di kalangan akar rumput pengguna TI di Indonesia.

Entah karena pada sore acara Bincang Speedy tersebut salah seorang di Bandung Timur mengeluh jaringan di daerah mereka belum siap untuk Speedy dan penanggung jawab Telkom untuk daerah sana langsung memerintahkan besok sore harus sudah siap, salah seorang teman kantor saya yang tinggal di daerah Metro, dekat Jalan Soekarno-Hatta, keesokan harinya memberi tahu di kantor bahwa STO untuk nomor telepon di rumahnya sudah siap untuk layanan Speedy.

Jadi ada kemungkinan berhasil menagih janji (dan sekaligus gengsi) Telkom dengan “menantang mereka” pada acara temu bicara dengan masyarakat.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/553

5 Comments

TELKOM bukannya punya repository yang sekarang dipakai internal ke ke ke. Isinya lumayan lengkap koq

tukangkawat hehehe.. cucog tuh pak!

selain ekspansi Flexi .. ekspansi penyediaan saluran telp juga penting tuh . khususnya buat pasangan muda kaya saya .. mau beli rumah bingung cari sambungan telp . Gimana mau pasang Pleki ??? terpaksa harus puas dengan wireless dulu

tukangkawat..dan tukanggali !! heehhe

saya salah satu ‘korban’ Mas Amal nih :) sekarang lagi sibuk coba internetan speedy pake wireless. Dg wireless, internet terasa ada di mana saja… dan dekat.

katanya mau ke BE-Mall ?

boss speedy juga lom keliatan batang hidungnya 2 hari ini huehuhe

Duh, dituduh jadi boss. Padahal aku kan di Telkom masih jadi CBO (chief blogging officer) yang baik hati dan ramah tamah sahaja (tapi sama sekali tidak gemar menabung). Maafkan daku. Otak lagi direset. Terpaksa menghilang beberapa hari.

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on May 26, 2007 1:41 PM.

Pilih Berbasis Waktu atau Volume? was the previous entry in this blog.

Berbagi Lagu is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261