Salah satu harapan saya dalam hal alat bantu kebahasaan sudah direalisasikan oleh Departemen Pendidikan Nasional, yakni penyediaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Bagian pertama yang menarik adalah lema daring itu sendiri.
Awalnya, saya anggap daring adalah semacam “identitas kode” (codename) yang digunakan untuk pengembangan situs web tersebut. Suatu kelaziman di dunia pengembangan perangkat lunak, seperti halnya Ubuntu) memiliki Feisty dan Gutsy, Microsoft Windows berlabel Cairo hingga Longhorn. Dengan tipografi sans serif, sempat terbaca darling pada awalnya, dan akhiran ing tersebut memunculkan kesan kata serapan dari bahasa Inggris.
Berikutnya saya mulai memaklumi bahwa daring adalah akronim dari “dalam jaringan” — kendati kata tersebut mengingatkan pada koleksi akronim jenaka di Bandung, seperti garpil (“Gudang Garam Pilter”), cireng (“aci digoreng”), hingga Sabuga (“Sasana Budaya Ganesha”).
Saat menyiapkan tulisan ini, saya bertanya kepada teman yang
berprofesi penerjemah, Apa terjemahan baku yang [lebih]
disepakati untuk lema online?
Jawabannya sedikit
mengagetkan saya, Daring.
Saya jelaskan bahwa saya sedang
membuka situs web KBBI dan memang ada tulisan
daring di atas dan dia balas meyakinkan, Memang itu
terjemahan untuk online, sekalipun lema tersebut belum ada di
dalam KBBI itu sendiri.
Ya ampun!
Benarlah, kata daring sudah diterima di halaman pembuka, dengan tegas bersama pangkalan data dan muatan isi. Walau di sana masih dijumpai sekedar (lebih tepat sekadar), saya sambut inisiatif Pusat Bahasa menampilkan padanan istilah TI dalam bahasa Indonesia. Akan sampaikah pada perambah, unduh, atau unggah? Kita tunggu.
Sekarang ihwal teknis situs KBBI Daring, terutama dalam hal kemudahan pemakaian oleh pengunjung, yang menjadi penekanan seperti dijelaskan di halaman depan. KBBI Daring hanya menyediakan masukan yang akan dikirim lewat form berisi kemungkinan lema tersebut “sama dengan”, “diawali”, dan “memuat.” Situs web referensi seperti kamus memang tidak perlu menyebut senarai entri mereka dalam halaman yang mudah disedot “sekali jalan” oleh bot, namun lazimnya di halaman depan disediakan “lema pemancing”, semisal “kata pilihan hari ini”. Contoh dapat dilihat di Answers.com atau The Free Dictionary.
Namaun demikian yang lebih krusial untuk diperbaiki adalah pemakaian metode POST untuk pengiriman lema dari klien ke aplikasi di server,
<form id="CARIKATA" name="CARIKATA"
action="http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php"
method="POST">
Hasil pencarian akan dikembalikan ke perambah dalam bentuk tautan lema yang bersesuaian,
Sekali lagi tautan tersebut berisi kode JavaScript, sebagai contoh:
javaScript:submitForm('tipu');
dengan kode di laman tersebut,
function submitForm(kata) { document.CARIKATA.KATA.value = kata;
document.CARIKATA.PERINTAH2.value = "Tampilkan";
document.CARIKATA.submit(); }
function submitNav(cmd) { document.CARIKATA.PERINTAH2.value = cmd;
document.CARIKATA.submit(); }
Pengiriman data dengan metode POST kurang tepat untuk keperluan situs web rujukan karena informasi yang dikirimkan ke aplikasi tidak terekam sebagai bagian dari URL. Pengguna yang hendak menunjukkan isi sebuah rujukan kepada pihak lain tidak dapat sekadar menampilkan URL yang digunakan.
Akan jauh lebih membantu apabila rujukan untuk lema tipu dapat direpresentasikan dengan URL, misalnya
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php/tipu
dengan menggunakan teknik GET.
Entri yang dipasang di KBBI daring — dari sedikit lema yang saya periksa — sama dengan di KBBI cetak Edisi Ketiga. Lema bloger yang baru diusulkan oleh Majalah Tempo tidak tersedia di sana, sedangkan untuk tipu, termasuk bentukan penipu, sama persis.
Eva Y. Nukman, teman yang saya tanyai perihal daring di atas, mengajak saya mengikuti mailing list Revisi KBBI untuk usulan-usulan tentang Kamus Besar. Menurut Eva, debit lalu-lintas diskusi di Revisi KBBI tidak sederas di Bahtera, yang membuat saya kewalahan.
Alhasil, selamat kepada Pusat Bahasa yang mulai melengkapi rujukan tentang kebahasaan di subdomain pusatbahasa.diknas.go.id. Herman Saksono lewat percakapan dengan saya di Yahoo! Messenger mengusulkan kemungkinan Tesaurus Bahasa Indonesia tersedia dalam edisi daring juga. Persoalannya, Tesaurus Bahasa Indonesia dibuat dan di bawah hak cipta Eko Endarmoko, berbeda dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memang dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Catatan: saya menulis juga tentang KBBI Daring ini dalam perspektif alat bantu aktivitas menulis, KBBI Dalam Jaringan (Daring) di Ayo Menulis!.
KBBI ada yg versi luringnya gak yah? pengen punya di komputer sendiri nih…
to mimin: hahaha…luring, luar jaringan, offline…duh, baca artikel di atas bikin saya pusing, susah sekali bahasa indonesia:p Tapi salut untuk usaha2 pusat bahasa mencari dan mensosialisasikan padanan-padanan bahasa indonesia.
KBBI edisi 4 wes dijuwal belum yah? Harganya berapa? KBBI daring = KBBI edisi 3
Saya juga baru tahu kalo daring itu terjemahan dari online, malahan saya diberitahu orang Amerika yang tinggal di Hawaii… hihihi.. jadi malu.
Tapi memang kedengaran masih aneh kata-kata dalam IT yang di Indonesiakan, misalnya seperti unggah dan unduh…
Untuk KBBI luring (versi StarDict), http://steven.blogs.masterweb.net/2009/05/21/kbbi-versi-stardict/
daring = dalam jaringan = online
Saya sudah lama penasaran sampai baru sekarang terdampar disini, terimakasih infonya. Tapi karena sudah biasa dengan bahasa asing seperti online, download, upload rasanya jadi agak aneh memakai daring, unduh, dan unggah. apa perasaan saya aja ya?
Banyak pihak yang merasa seperti Anda, terasa janggal karena sebelumnya sudah terbiasa dengan istilah asing. Dalam bahasa Inggris sendiri pun mungkin ada “kejanggalan” mouse punya arti baru, kemudian motherboard, dll. Selain itu, untuk beberapa pengguna akhir yang justru dari awal terbiasa dengan istilah dalam bahasa Indonesia (misalnya pengguna telepon seluler), justru menikmati menu dalam bahasa Indonesia. Anak-anak saya contohnya. :)
Ada apa ya koq KBBI Daring susah banget/dipersulit untuk mengaksesnya? Harap disadari bahwa situs ini sangat diperlukan oleh banyak orang.