FanBox adalah contoh layanan inovatif namun terkesan kurang yakin sehingga berpromosi dengan cara brutal. Sebelum mendaftarkan diri di Facebook, saya diajak bergabung ke sebuah situs jejaring sosial oleh beberapa kenalan. Salah satunya, seingat saya, FanBox ini. Sayang arsip email dua tahun lalu yang masuk kategori sampah sudah dihapus. Saat itu, gara-gara tampilan situs tersebut “kurang menjanjikan”, saya abaikan.
Ada belasan layanan jejaring sosial, untuk memilih salah satu perlu objektif tertentu.
Sebulan terakhir ini email dari FanBox berdatangan. Semula saya pikir teman yang memang mengenal saya mengundang ulang. Namun nama-nama yang muncul di subyek email mencurigakan: Lauren, Betty, Nicole. Rasanya saya belum sekosmopolitan itu dan layanan jejaring sosial perlu lebih mengendus “selera lokal”, alih-alih menyamaratakan penduduk planet ini sebagai teman-Lauren atau Nicole.
Tanpa pikir panjang saya tandai undangan bertubi-tubi tersebut dengan label “tak penting” di Gmail.
Ternyata dua pemrogram JavaScript di kantor tergelitik FanBox dan
merekomendasikan saya untuk mencoba layanan tersebut. Seorang
berkomentar, Lupakan dulu Jessica atau Nicole, lihat inovasi
mereka.
Komentar berikutnya, Bagaikan melihat demo Ext
JS.
Setelah dicoba
jQuery untuk aplikasi
berbasis JavaScript, seorang “pemberontak” mengibarkan bendera Ext
JS dan tampak sudah menguasai tampuk pengaruh
pemakaian bingkai kerja (framework).
FanBox datang dengan rencana besar sebuah antarmuka bermimik desktop penuh dan di atas JavaScript. Dalam kesimpulan ringkas obrolan saya dengan kolega pemrogram di atas, kami menilai seperti “memaksakan” — sebuah desktop penuh ditulis di atas bahasa pemrograman berbasis skrip. Memaksakan di sini condong pada pengertian “sedemikian kuat hati” mereka mengeksplorasi kemampuan sebuah alat bantu. Mengingatkan saya pada diskusi yang cukup hangat tentang kemungkinan sistem operasi di atas Python.
Berjalan di atas peramban — yang menjadi aplikasi paling sering dipakai di Internet, aplikasi seperti yang digunakan FanBox memungkinkan pemakai memiliki antarmuka seragam di manapun. (Betul, berarti juga kebosanan akan lebih cepat melanda!) Demikian juga, kondisi terakhir desktop kita tersimpan di server dan dapat dikembalikan seperti sebelumnya di kesempatan berikutnya.
Inovatif, kendati FanBox malah menempatkan rencana besar tersebut sebagai bagian dari jejaring sosial. Seperti berkebalikan dengan kelaziman selama ini: cari teman dulu lewat jejaring, baru kemudian mulai pasang aplikasi. Sayangnya pula, tautan yang disediakan di dalam email undangan FanBox pun tak menolong untuk menghentikan email dari mereka. Jika diikuti, malah dilemparkan lagi ke Desktop Experience, yang berarti penantian berbekal kesabaran dengan koneksi di negeri ini pada umumnya.
Yang menjadi pertanyaan pula: apakah menarik jejaring sosial dibalut aplikasi? Hampir semua halaman profil anggota Facebook mulai susah dikunjungi: berjejal aplikasi bersifat aksesoris yang acapkali mengganggu informasi pribadi yang lebih urgen. Bonus lainnya adalah sejumlah ikon seragam, sapaan tanpa-ekspresi dari aplikasi, dan tautan ke klip video yang itu-itu lagi.
mungkin facebook itu memang dirancang untuk mengetahui minat teman-teman kita kali Mas. Betul bahwa minat ini bisa direpresentasikan juga dalam sebuah textbox bertitel “hobby atau minat”. Namun dengan aplikasi-aplikasi kita bisa mendapatkan informasi lebih banyak.
Soal tampilan yg berat, mungkin memang perlu dicarikan solusi supaya tidak tampak berat seperti misalnya firstpage-n ya dibuat tidak berat dan kemudian untuk detil bisa dilihat di halaman-halaman selanjutnya.
Kalau “Simanjuntak, Ponijah, atau Darmawan” mungkin lebih familiar yah pak. Hehe.. email dari fanbox udah saya filter. FS udah tak tinggalin, sekarang FB donk ah.
(note: maaf jika ada kemiripan nama) ^_^
Iya sudah nyuba lama juga sih :) Kesan pertama memang mengesankan Namun setelah lihat-lihat kemampuanya dalam social network + orientasi content yang sangat lemah jadi kurang tertarik Cukup satu dua jam aja :)
I’m wondering if their names were : Cece, Neng Imoet, Neng Geuis, would you join that community site as “its local taste” ?
kcx kcx kcx =))
-_-V
saya tidak ingat kapan saya pernah register di fanbox.com dan skarang saya pusing bagaimana caranya saya menghapus account ku di situs fanbox.
saya coba sign up, tapi ngga bisa masuk tuh, ada tampilan yang bilang “fanbox masih dalam tahap pengembangan untuk pengguna dari Indonesia”. knapa y?
anywaym nice blog :). salam kenal
aduh aku ga ngerti sama sekali nih tentang FanBox, ga tau tiba-tiba link masuk begitu saja pada saat saya buka email. dan yang lebih mengagetkan nama tertulis disitu (hampir sama dengan nama saya), padahal saya merasa tidak pernah daftar di FanBox.