Blog-mikro Selama Perjalanan Mudik Lebaran

| 6 Comments | No TrackBacks

Pada liburan lebaran tahun 2008 lalu, saya sudah mencoba menulis laporan perjalanan via blog-mikro. Eksperimen tahun lalu dilakukan dengan Sony Ericsson K510i untuk rute perjalanan Bandung-Mojokerto-Porong-Jember. Ongkos Rp 10/kB untuk XL saat itu membuat saya iri dibandingkan IM3 yang sepersepuluhnya.

Di tahun 2009 ini, semula saya tidak berencana mengulang eksperimen tahun lalu, namun pada pertengahan Ramadan 1430 H, paket Rame XL menggoda untuk dicoba. Saya pasang target:

  1. eksperimen dilakukan dengan ongkos layanan terjangkau,
  2. alat bantu selama eksperimen memanfaatkan yang sudah tersedia,
  3. materi mikro-blog berupa reportase subjektif,
  4. kepraktisan dan keberlangsungan reportase dijadikan prioritas.

Persiapan blog-mikro di perjalanan

Alat bantu yang saya gunakan telepon seluler (ponsel) Nokia 2626. Pada mulanya saya menyangka seri tua 2626 ini tidak layak untuk Internetan karena sangat “apa adanya.” Untuk pengujian, saya coba berlangganan paket Rame XL harian dan menulis di tengah-tengah kesibukan selama di Bandung. Ternyata masih layak digunakan.

Ordinary Love Sign

Pemilihan 2626 adalah konsekuensi jangka panjang pertukaran ponsel saya dengan milik Safira, anak kedua saya, yang saya beri kompensasi menggunakan Sony Ericsson K510i untuk mencoba pemotretan dan pengambilan video via ponsel. Selain alasan keuangan untuk tidak mengganti dengan ponsel yang lebih baik dari sisi fasilitas, saya ingin memberi teladan kepada anak-anak agar tetap produktif dengan alat yang tersedia di sekitar.

Paket XL yang digunakan untuk eksperimen saya pindahkan ke langganan bulanan, Rp 20.000 untuk 30 hari pemakaian dengan jatah 40 MB. XL menyediakan beberapa paket, sila disesuaikan dengan keperluan. Hasil pengamatan saya: untuk pemakaian kira-kira 10 hari selama mudik, saya menghabiskan hampir 6 MB. Laporan lain dari R. A. Natakusumah (Rully): dia menghabiskan pada kisaran 1 MB/hari. Penghematan yang saya lakukan: gambar dinonaktifkan dari peramban, selain hemat ongkos, hemat waktu unduh, juga karena layar 2626 hanya layak untuk teks terbatas. Rully menyebut gambar diaktifkan. 2626 juga belum mendukung halaman Web dinamis, praktis saya hanya bermain-main dengan HTML, CSS sekadarnya, dan pemuatan-ulang (reload) halaman berkali-kali.

Plurk dipilih sebagai media blog-mikro setelah saya bandingkan dengan Twitter, Facebook, dan Koprol. Keuntungan Plurk: modus musafir (ini istilah dari Adham Somantrie untuk mobile mode) mereka ringan dan pengelolaan cookies untuk penanganan sesi (Remember me) lebih lama. Twitter dalam modus Web di ponsel saya kurang menguntungkan dalam penanganan sesi: sangat merepotkan jika setiap hendak menulis entri saya harus mengisikan nama-pemakai dan sandi-masuk. Kabarnya, Twitter lebih mudah digunakan di ponsel dengan aplikasi dari pihak ketiga, namun mohon diingat: yang saya pakai Nokia 2626.

Facebook ditampilkan dengan baik, namun sesuai jenisnya, jejaring sosial, ia terlalu riuh untuk acara blog-mikro di perjalanan. Alhasil, Facebook diakses di perjalanan hanya untuk melihat kemungkinan adanya pesan dari teman-teman. Koprol gagal diakses di 2626, blok tengah halaman setelah pemasangan entri selalu gagal ditampilkan dan entri tidak dimutakhirkan. Saya hanya sempat mengakses Koprol via laptop selama di Batu, sekaligus mengusulkan nama kotamadya baru tersebut.

Agar tidak kecewa karena gagal menulis entri blog-mikro di perjalanan, sebelum berangkat mulailah mencoba menggunakan ponsel untuk menulis entri barang dua atau tiga hari. Termasuk persiapkan setelan konfigurasi yang sesuai untuk edisi musafir.

Perbekalan lain yang penting tentulah pengisi ulang baterai (charger) ponsel. Pemakaian akses Net bisa berkelanjutan dan baterai kehabisan daya lebih cepat dibanding biasanya. Kondisi paling aman memang membawa baterai cadangan, seperti yang umum dilakukan para pemotret sebelum berburu foto di lapangan. Pengalaman saya di salah satu restoran di Cirebon: mereka menutup stopkontak listrik, sehingga saya gagal mengisi baterai ponsel di sana.

Ritme penulisan entri juga perlu diatur agar hemat baterai. Terlalu bernafsu menulis banyak hal di sebuah lokasi dan kehabisan baterai setelah itu akan mengganggu kontinuitas. Demikian juga saya hindari menjawab semua pertanyaan di komentar Plurk untuk menghemat baterai atau memang tidak perlu dijawab. (Salah satu pertanyaan di Plurk selama di perjalanan yang tidak perlu dijawab: sedang berada di mana sekarang? Pembaca yang baik sepatutnyalah mencari sendiri jawaban tsb. dari entri-entri sebelumnya.)

Entri Blog-mikro

Apa yang dituliskan di perjalanan?

Pelancong adalah saksi mata yang menulis lewat blog-mikro untuk beragam pembaca, baik yang diam di tempat atau para musafir lain. Fakta di lapangan adalah bagian paling penting yang acapkali dinanti oleh pembaca secara langsung. Kemacetan atau gangguan di perjalanan merupakan dua contoh reportase penting. Seperti halnya beberapa radio yang mengandalkan berita pelapor, yakni para pengguna jalan, blog-mikro dapat menyajikan liputan di depan mata penulisnya. Jika berkesempatan mendengar berita di radio, informasi tambahan di sana dapat dijadikan acuan pembanding untuk juga dituliskan.

Kendati demikian, menulis laporan pandangan mata terus-menerus dapat membosankan, baik buat si pelapor pun pembaca. Di sinilah perlunya sentuhan lain yang menjadi feature perjalanan. Biasanya saya angkat pengetahuan atau pengalaman tambahan yang saya ketahui tentang daerah tersebut: sejarah, kisah, legenda, figur, slogan, lelucon, keunikan, hingga kejanggalan yang secara sekilas terlihat. Pengetahuan kita dari berbagai rujukan akan membantu penulisan tentang sebuah lokasi menjadi lebih beragam.

Hindari bagian-bagian yang bersifat ofensif atau pendapat yang terlalu subjektif, apalagi generalisasi yang berlebihan. Alih-alih menuding buruk sebuah kota yang dilewati hanya karena melihat sampah menumpuk di sana misalnya, kita dapat mengganti dengan usulan atau ilustrasi dari kota lain yang punya pengalaman mengelola sampah. Ingat, warga kota yang kita lewati pun sangat mungkin membaca tulisan kita.

Entri kegiatan yang sangat personal — apalagi berulang-ulang — seperti, “macet lagi,” “ah, panas sekali,” dengan cepat membosankan pembaca. Anak saya saja pernah bertanya mengapa ada penulis blog-mirko yang bercerita hendak mandi atau baru saja keluar dari toilet. Mainkan improvisasi, sebarkan sikap optimis dan gembira, niscaya perjalanan Anda lebih awet diikuti teman.

Terima kasih semua

Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada banyak teman yang telah mengikuti tulisan saya sepanjang perjalanan. Saya menyadari belum berhasil menulis lengkap karena sedang lelah, tertidur (hingga sempat ponsel saya terlempar di dalam bus), atau menikmati liburan itu sendiri. Terkadang terasa lucu juga tatkala beranjangsana ke salah satu rumah saudara, saya sibuk mengetik entri sambil mendengarkan anggota keluarga sedang mengobrol.

Rully mengusulkan agar selain tulisan ada foto perjalanan. Saya juga memotret untuk keperluan blog-foto, namun tidak diniatkan langsung dipasang di perjalanan, melainkan dikumpulkan terlebih dulu dan baru diunggah setelah kembali di Bandung. Betha Sidik menyarankan adanya foto edisi jalanan (hasil tangkapan ponsel misalnya), sebagai tambahan hasil bidikan kamera. Saran yang menarik, sayangnya Nokia 2626 tidak dilengkapi kamera. Jadi untuk saat ini — sampai saya sanggup berinvestasi ponsel yang lebih baik — cukup, “Teks sebagai panglima.”

Gara-gara terlalu intensif mengirim tulisan saat di Malang, menurut Betha Plurk menghukum saya dengan mengurangi karma. Terima kasih, Plurk belum menyadari keperluan seperti ini. Bagi saya sendiri pun karma bukan segalanya.

Catatan: jumlah entri selama perjalanan mudik lebaran 2009 belum diketahui, namun koleksi entri dapat dilihat sejak 18 September hingga 28 September.

No TrackBacks

TrackBack URL: http://mt4.atijembar.net/mt-tb.cgi/617

6 Comments

pemilihan N2626 cukup mengejutkan buat saya, terutama pas pertama kali baca posting di plurk cak amal tempohari.

Sudut pandang “saya ingin memberi teladan kepada anak-anak agar tetap produktif dengan alat yang tersedia di sekitar” saya pikir perlu diambil sebagai sebuah teladan yang baik. Dan emang, produktif tak harus mahal.

Makasih sharing pemikirannya mas.

wah, senang sekali ternyata istilah “musafir” banyak digunakan. penggunakan istilah “musafir” ini sendiri berawal ketika menjadi musafir dari bandung menuju jakarta untuk menghadiri sebuah acara di bulan ramadhan. tentunya, om amal juga ikut.

selain “modus musafir” juga ada istilah “musafir batu akik” yang pantas digelarkan kepada diki yang mampu melakukan coding di dalam bus sepanjang cipularang.

asslm.

menarik sekali membaca blog Anda meniti narasi dan deskripsi dari tulisan yang ada di blog ini. Kalau saya perhatikan, Anda termasuk orang yang rajin sekali menulis di blog, saya salut untuk itu.

Salam kenal,

~ Adie Riyanto ~

http://adieriyanto.blogspot.com/

Halo Pak Ikhlasul Amal,

Sebenarnya saya juga sedang memperhatikan fenomena penggunaan twitter untuk microblogging, mengapa bisa sangat booming ya bahkan bisa mengangkat suatu topik dengan mudah. Saya pernah coba twitter, dan kebetulan saya pernah pake plurk. Entah mengapa plurk.com lebih mudah digunakan (apa saya aja yang belum ngerti cara kerja twitter ya? hehehe).

Saya juga lagi mencoba menulis dan mempelajari online marketing dengan menggunakan media-media tersebut. Mudah2an saya bisa belajar dari orang macam Pak Ikhasul Amal.

Salam Kenal

Adhityo Priyambodo http://blog.ngaturduit.com

About this Entry

This page contains a single entry by Ikhlasul Amal published on October 4, 2009 4:21 PM.

Fasilitas Komentar Pembaca di Media Daring Perlu Diperbaiki was the previous entry in this blog.

Kegagalan NetworkManager Gnome dengan IM2 di Lokasi Tanpa 3G is the next entry in this blog.

Find recent content on the main index or look in the archives to find all content.

OpenID accepted here Learn more about OpenID
Powered by Movable Type 4.261