Awal tahun menjadi penanda waktu yang mudah untuk memulai kegiatan baru. Ditambahi dengan komitmen dalam kerangka waktu tertentu, jadilah semacam awal latihan disiplin. Itu yang saya lihat di awal Januari tahun ini oleh beberapa teman Flickr. Foto-foto mereka ditandai dengan nomor urut, misalnya #1 dan setiap hari muncul di daftar foto kontak di halaman depan Flickr. Saya mengikuti dua teman waktu itu, koleksi foto Boy Avianto di New York dan Candra Marsono di Jakarta.
Setelah itu, saya menyadari gerakan foto 365 dalam setahun diikuti oleh beberapa narablog dan dengan baik dimotivasi oleh Pitra Satvika.
Idenya sederhana: buatlah satu foto setiap hari dan pasang di blog. Pelaksanaannya perlu kesungguhan tingkat tinggi. Saya pernah mencoba sekitar bulan November tahun lalu, ternyata hanya bertahan sepekan, dan saya hentikan. Belum siap.
Kesulitan yang saya rasakan bukan ihwal memotret, melainkan perlunya menyisihkan suatu waktu yang khusus setiap hari untuk proses pemindahan foto dari kamera digital ke komputer, dilanjutkan dengan mengirimkannya ke Web. Ini berbeda dengan ritme saya yang condong, “mengumpulkan potret sebanyak mungkin di kamera, kemudian memindahkannya ke komputer, dan barulah mengirimkannya ke Flickr.” Mungkin hanya perlu waktu limabelas menit per hari, namun jika terlupa pada suatu hari, ya sudah… berarti terlewat.
Ada cara lebih praktis dengan memotret lewat telepon selular, mengirimkan langsung lewat perangkat Internet telepon tersebut, dan siap tayang di Web. Cara ini belum dapat saya pilih karena keterbatasan peralatan.
Yang lebih penting sebenarnya meneguhkan diri sendiri untuk berkomitmen. Ini menurut saya yang menarik dari latihan beraktivitas blog. Sejak saya memulai #direktif, memasuki blog-foto di Flickr, hingga menyelami blog-mikro seperti di Plurk, komitmen untuk memasang sesuatu secara rutin sangat penting — jika kita ingin aktif pada suatu kegiatan.
Di Flickr saya gagal mencoba foto harian, namun target yang saya pasang sekitar 200 foto/bulan berhasil memaksa saya tetap bertahan dengan blog-foto. Begitu juga di Plurk: walaupun sederhana berupa pesan singkat, saya pernah bereksperimen untuk menulis reportase di perjalanan dan memaksakan minimal tiga tulisan/hari (semacam penjaga karma, namun tentu bukan bot!).
Masih ada tantangan?
Sayang saya terlambat: Steven Haryanto mengundang pemrogram Perl untuk bergabung di “Tantangan Blog Manusia Besi” (Iron Man Blogging Challenge). Steven menulis di bulan September tahun lalu di milis Id-Perl, Iron Man mengajak sosialisasi Perl dengan cara yang mudah, berupa tulisan dengan frekuensi cukup sering.
Oh, Perl, saya kian jarang menggunakan dan pengetahuan saya tidak bertambah dengan signifikan, namun ide berkomitmen menulis tentang pengembangan perangkat lunak atau pemrograman dalam konteks keseharian sepertinya menarik diangkat. Satu tulisan per pekan misalnya, dan benar-benar pengalaman aktual di lingkungan pemrograman.
Sepertinya menarik. Tentang apa, alat bantu apa, atau bingkai kerja (framework) apa?
Jangan terlalu dipikir dulu, seperti halnya memotret, jepret dulu fragmen keseharian.
Inilah dunia blog, seperti yang selalu saya tekankan di acara sosialiasi: berlatih disiplin dengan target yang terjangkau.