Pengalaman baru membawakan presentasi produk di ajang Indonesia ICT Award (INAICTA) 2010: yaitu produk perangkat pengembangan, Epigoni. Perhelatan berlangsung Jumat, 2 Juli lalu. Mendapat jatah presentasi kedua hari itu, pukul 09.20, sehingga dengan tekad yang dipersiapkan hari-hari sebelumnya, kami berangkat dengan angkutan umum (“travel”) Bandung-Jakarta pemberangkatan pertama, jam 5. Sebenarnya Epigoni sudah didaftarkan pada INAICTA 2009, namun kesulitan prosedur registrasi di web INAICTA — dan sempat saya sampaikan lewat Plurk dan email kepada panitia — menyebabkan kegagalan pada pengalaman pertama.
Epigoni adalah produk yang dikembangkan di kantor, PT Sigma Delta Duta Nusantara,
Bandung, oleh pemrogram senior kami, Wawan
Sjachriyanto. Dengan kapasitas
sebagai salah seorang pemrogram papan atas untuk Borland Delphi,
Wawan terpacu oleh keinginan mendasar di lingkungan pemrograman
berbasis lingkungan visual, yakni memindahkan cara memrogram dari
orientasi teks ke antarmuka visual. Kami di kantor sering berdiskusi
secara filosofis tentang banyak hal dan untuk pemrograman, saya
ingat pertanyaan yang kerap dikutip Wawan, Mengapa hingga hari
ini — sekian dasawarsa sejak pemrograman dimulai — kita masih
menggunakan format teks sederhana untuk menulis program?
Bersama dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang dianggap mewakili keperluan umum di lingkungan yang kami hadapi, Wawan seorang diri mulai membuat Epigoni sejak tahun 2006. Tumbuh sebagai alat bantu internal dan membereskan hal-hal rutin “yang tidak disukai” pemrogramnya karena “itu lagi, itu lagi,” Epigoni menyelesaikan bagian mendasar dalam pembangunan aplikasi basisdata. Manajemen pengguna, pengaturan tampilan (look and feel), penyusunan formulir dan dialog, adalah sebagian dari rutinitas yang tersedia sebagai bawaan Epigoni.
Pengembang Epigoni menyusun aplikasi yang diinginkan secara visual dengan Epigoni Builder dan hasilnya disimpan dalam bentuk “definisi aplikasi”, semacam metadata. Metadata ini yang dijalankan oleh Epigoni Executor dan didistribusikan kepada pengguna. Untuk saat ini Executor tersedia dalam bentuk aplikasi desktop di lingkungan Win32. Modal utama yang diperlukan oleh pengembang Epigoni adalah pengetahuan SQL.
Penyesuaian pembangunan aplikasi dapat dilakukan dengan banyak cara: fasilitas yang disediakan modul bawaan Epigoni, skrip berbasis Pascal Script, plugins, hingga Software Development Kit (SDK) untuk Borland Delphi. Hingga saat ini penggunaan Epigoni baru dilakukan oleh pemrogram akhir, yaitu “hanya” menggunakan Epigoni, dan pengembangan masih dilakukan oleh Wawan. Dengan penampilan pertama di INAICTA kali ini, kami berharap dapat mengembangkan Epigoni lebih baik lagi, dalam bentuk ekosistem produk perangkat lunak dan juga berkontribusi pada tahapan rekayasa perangkat lunak.
Hasil dari presentasi: Epigoni terpilih sebagai salah satu nominasi dan diundang untuk mengikuti acara pameran tanggal 23-24 di Jakarta. Apapun hasil penilaian akhir INAICTA 2010 ini, kami berkomitmen melakukan sosialisasi ke lingkungan pengembang, dimulai dari Bandung.
Selamat untuk tim, Mas Amal! Itu kok fotonya gak ada yang menampilkan wajah. Sengaja ya? :D
wah menarik pak, presentasinya tanggal 23 atau 24?